Selasa, 25 September 2012

PEMANFAATAN DAUN NANAS SEBAGAI BIOADSORBEN LOGAM LIMBAH CAIR INDUSTRI PERAK DI KOTAGEDE


Perkembangan industri dewasa ini semakin pesat, tidak terkecuali perkembangan industri penyepuhan (electroplating) perak di sentra industri perak Kotagede yang merupakan salah satu potensi asli daerah (PAD) dari kota Yogyakarta.
Perkembangan industri penyepuhan perak menimbulkan masalah baru yaitu limbah industri tersebut yang mencemari lingkungan. Limbah cair merupakan hasil buangan dari industri penyepuhan perak di Kotagede yang mengandung logam-logam berat, seperti tembaga (Cu) dan perak (Ag). Limbah Ag berasal dari hasil pembuangan larutan elektrolit AgNO3 yang dipakai untuk penyepuhan perak.
Adapun limbah Cu muncul dari pencelupan dengan menggunakan HCl yang bersifat asam dan berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran yang menempel pada perak setelah proses penempaan agar didapatkan perak dengan warna yang cemerlang. CuCl2 yang terlarut pada proses ini akhirnya lolos ke perairan dan menimbulkan pencemaran.
Jika hal ini dibiarkan maka limbah cair tersebut akan mencemari sungai atau meresap ke tanah sehingga mempengaruhi kualitas air sumur warga. Cu dan Ag adalah logam berat yang tidak dapat terurai secara alami, sehingga sangat berbahaya bagi manusia.
Berdasarkan fakta di atas, tim PKM Penelitian dari Jurusan Pendidikan Kimia yang terdiri dari Ardi Yuli Wardani, Winda Nirmala, dan Eko Budiyanto memanfaatan daun nanas (ananas comosus) sebagai bioadsorben logam Ag dan Cu pada Limbah Cair  Industri Perak di Kotagede, Yogyakarta.
Menurut Ardi Yuli, cara yang dapat digunakan adalah menggunakan adsorben logam berat. Adsorben yang dapat dipakai adalah daun nanas. Biasanya pemanfaatan tanaman ini hanya sebatas pada buahnya saja sedangkan daunnya  relatif belum banyak diolah. Untuk 2—3 kali panen, tanaman ini harus diganti dengan tanaman nanas  baru, sehingga terdapat relatif banyak limbah daun nanas  dari pertanian nanas.
Menurut Winda, daun nanas banyak mengandung bahan kimia, salah satunya sellulosa. Dengan kandungan sellulosa sebesar 69,6—71%,   serat daun nanas dapat dijadikan adsorber limbah logam berat karena struktur rongga dalam sellulosa dapat mengadsorbsi logam berat Cu dan Ag.
Lebih lanjut Winda menuturkan pembuatan bioadsorben dari daun nanas ini yaitu dengan mencuci daun nanas dengan air sampai bersih, lalu dihaluskan dengan blender. Kemudian mengaktivasikannya dengan NaOH 2%, dengan perbandingan 1:30 (w/v) dan melakukan aktivasi selama 24 jam.  Setelah itu, cuci dengan air hingga air cucian netral, kemudian keringkan dalam oven bersuhu 100oC selama 3 jam dilanjutkan dengan mengayak bioadsorben daun nanas dengan ayakan 50 mesh. (wit/nd)
http://uny.ac.id/berita/UNY/pemanfaatan-daun-nanas-sebagai-bioadsorben-logam-limbah-cair-industri-perak-di-kotagede

Belajar Aksara Jawa

BELAJAR AKSARA JAWA LEBIH MENYENANGKAN

aksarajawa.edit_.jpg

Aksara  Jawa  merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Namun, saat ini sangat sedikit generasi muda yang mengenal aksara jawa. Di daerah Yogyakarta, yang notabene sebagai pusat budaya Jawa, hanya segelintir siswa yang mampu menggunakan aksara ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran  bahasa  Jawa, siswa cenderung bermalas-malasan atau kurang perhatian dengan pelajaran bahasa  Jawa khusunya pada pokok bahasan aksara Jawa. Pada umumnya materi ini sulit untuk dipahami dengan baik sehingga nilainya pun masih tergolong rendah.
Realitas itulah yang menginspirasi Deni Kurniadi, mahasiswa Pendidikan Tekik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran bahasa Jawa. Pada tahap awal, media pembelajaran yang dikembangkan ini dibatasi pada pokok bahasan pengenalan aksara  Jawa  untuk siswa kelas IV SD berbasis software. “Animasi yang menarik serta adanya contoh pengucapan melalui suara menjadi keunggulan media karsa saya ini”, ungkap mahasiswa asal Kulon Progo ini.
Lebih lanjut, mahasiswa angkatan 2008 ini menjelaskan bahwa medianya memuat kumpulan materi yang berkaitan dengan pengenalan aksara  Jawa. “Menu utama terbagi menjadi: pendahuluan, materi, evaluasi, referensi, profil, dan tombol keluar” jelas Deni. Secara terperinci Deni menjelaskan bahwa pembagian materi pada media ini diantaranya: (a) “aksara legena” untuk masuk ke materi aksara legena, (b) “sandhangan swara” akan masuk ke materi sandhangan swara, (c) tombol “panyigeg”  akan masuk ke materi panyigeg,  (d) tombol  “sandhangan gantine panyigeg” akan masuk ke materi sandhangan gantine panyigeg, (e) tombol “tata  cara  nulis  Jawa”  akan masuk  ke materi  tata  cara  nulis  aksara  Jawa,  dan (f) tombol “nulis ukara nganggo aksara  Jawa”  akan  masuk  ke  materi menulis kalimat menggunakan aksara Jawa”.
Untuk tahap pengembangan, media ini masih perlu diperbanyak animasi dan contoh gambar. Pada bagian evaluasi menulis bisa dikembangkan penulisan dengan mouse dan otomatis merubah menjadi karakter huruf aksara Jawa sehingga pada tahapan evaluasi siswa tidak perlu mengerjakan soal latihan secara manual pada buku mereka. Harapannya, dengan media pembelajaran ini siswa akan tertarik dan senang belajar bahasa Jawa, khususnya huruf Jawa. Pada gilirannya nanti, bahasa Jawa bukan lagi menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi siswa. (hryo/aw)

http://uny.ac.id/berita/UNY/belajar-aksara-jawa-lebih-menyenangkan